PANGGAYO Wisata Komodo, Kadal Purba yang Menjadi Ikon Indonesia

Komodo, Kadal Purba yang Menjadi Ikon Indonesia

One Book One Hope


Panggayo.com – Di ujung timur Indonesia, tepatnya di Nusa Tenggara Timur, hidup seekor kadal purba yang menjadi legenda: Komodo. Hewan yang kerap dijuluki “kadal raksasa” ini tidak hanya memikat wisatawan mancanegara, tetapi juga menjadi simbol penting bagi keberagaman hayati Nusantara.

Sayangnya, keberadaan komodo kini berada di ujung tanduk, terancam oleh perubahan ekologi dan tekanan aktivitas manusia.

Jejak Purba yang Bertahan 30 Juta Tahun
Menurut pakar arkeologi, komodo sudah ada sejak 30 juta tahun lalu. Fosil-fosil yang ditemukan menguatkan dugaan bahwa hewan dengan nama latin Varanus komodoensis ini adalah salah satu saksi hidup zaman prasejarah.

Bahkan, penelitian dalam jurnal PLOS One (2009) menyebutkan bahwa komodo diduga bermigrasi dari Australia ke Kepulauan Nusa Tenggara sekitar 900.000 tahun lalu, sebelum akhirnya punah di Australia 50.000 tahun silam.

Kini, habitat alaminya terbatas di beberapa pulau: Komodo, Rinca, Gili Motang, dan sebagian Flores. Sementara di Pulau Padar, populasi komodo dinyatakan hilang, diduga akibat menurunnya kualitas ekologi, terutama ketersediaan makanan dan air.

Raksasa Dunia yang Tangguh
Komodo dikenal sebagai kadal terbesar di dunia. Seekor jantan dewasa bisa tumbuh hingga 3 meter dengan bobot mencapai 68 kilogram. Meski biasanya hanya bergerak pelan dengan kecepatan 8–10 km/jam, komodo mampu berlari hingga 18 km/jam jika merasa terancam.

Daya tarik lain terletak pada indera penciumannya yang luar biasa tajam. Dengan menjulurkan lidah bercabang khas reptil, komodo mampu mendeteksi bau mangsanya hingga jarak 11 kilometer. Ketika berburu, indera penciuman ini jauh lebih diandalkan ketimbang penglihatannya.

Sisi Lain: Dari Buas hingga Bermain
Meski berwajah garang, komodo ternyata memiliki sisi unik yang jarang diketahui. Beberapa laporan masyarakat menyebutkan, kadang hewan ini terlihat bermain dengan benda-benda manusia, seperti sekop atau sepatu. Bahkan, ada cerita komodo yang “ikut bermain” bola bersama anak-anak di desa sekitar habitatnya.

Namun, tentu saja, interaksi seperti ini bukan tanpa risiko. Komodo tetaplah predator buas dengan gigitan beracun. Warga setempat selalu diingatkan untuk menjaga jarak aman meski sudah terbiasa hidup berdampingan.

Tantangan Pelestarian
Komodo tidak hanya bagian dari sejarah alam, tetapi juga ikon identitas Indonesia. Pemerintah melalui Taman Nasional Komodo berupaya menjaga keberlangsungan hidup spesies ini. Namun, tantangan terus mengintai: perubahan iklim, kerusakan habitat, hingga tekanan wisata massal di Labuan Bajo.

“Komodo adalah warisan dunia yang tak ternilai. Kalau kita tidak menjaga, generasi mendatang mungkin hanya akan melihatnya lewat gambar,” kata seorang peneliti ekologi, mengingatkan pentingnya pelestarian.

Komodo bukan sekadar kadal raksasa. Ia adalah penjaga sejarah prasejarah, ikon pariwisata Indonesia, sekaligus simbol rapuhnya keanekaragaman hayati. Fakta-fakta uniknya, dari kemampuan lari cepat hingga indera penciuman tajam, menjadikan hewan ini sosok yang luar biasa.

Namun, di balik kekaguman itu, ada tanggung jawab besar: menjaga agar sang naga dari Flores ini tidak punah. Karena ketika komodo hilang, hilang pula salah satu saksi hidup peradaban bumi. (fir)

Jasa Fotografi